Diaspora Kader IMM: Pendekatan Filosofis dan Paradigma Karir
DPDIMMJATIM - Allah adalah Tuhan, Penguasa, pemilik kerajaan alam semesta dunia dan akhirat. Allah adalah Raja, Allah adalah Illah, sesuatu yang harus ditaati secara mutlak oleh seluruh ciptaan-Nya. Dia menciptakan alam semesta yang begitu luas, di dalamnya terdapat milyaran galaksi, triliunan bintang. Di antaranya itu terdapat bintang yang dapat dihuni oleh makhluk kecil (manusia), yang bernama Planet Bumi di galaksi Bimasakti.
Allah menciptakan Manusia untuk menjadikan- nya sebagai tangan kanan-Nya (Al Baqarah : 30), menciptakan manusia untuk keseimbangan Bumi (Ar Rahman : 7-9) “Langit telah Dia tinggikan dan Dia telah menciptakan timbangan (keadilan dan keseimbangan), agar kamu tidak melampaui batas dalam keseimbangan itu, tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu.”
Oleh karena itu manusia disuruh beribadah kepada Allah, yaitu berupa tugas yang sangat mulia, yang disebut khalifah. khalifah adalah pemimpin/wakil/pengatur. Ibadah inilah yang harus dilakukan manusia untuk menyeimbangkan bumi, sebagaimana tujuan diciptakannya manusia.
Khalifah adalah suatu tugas besar yang sangat mulia yang diberikan kepada Manusia untuk menge- lola/mengatur Bumi dengan hukum-hukum/aturan- aturan yang ditentukan oleh Tuhan Alam Semesta atau disebut dengan ajaran Allah (Agama).
Bumi adalah tempat ibadah bagi manusia, men- jalankan tugas menjadi khalifah. Untuk mengatur atau mengelola bumi tidak bisa dengan satu atau beberapa manusia, tetapi butuh manusia yang sangat banyak atau bisa dikatakan “membutuhkan kerjasama semua/ seluruh umat manusia dengan keahlian yang dimiliki masing-masing manusia.”
Aspek kehidupan bisa mengenai keimanan, kealaman, kemanusiaan, hayati, non hayati. Bidang atau sektor garap manusia secara garis besar ialah, politik, pendidikan, ekonomi, seni budaya, kesehatan, sosial, olahraga, keamanan, pemerintahan, sains, dan itu semua membutuhkan keahlian, bahkan satu bidang garap membutuhan puluhan hingga ratusan manusia.
Keahlian adalah profesi yang dijalankan oleh manusia dalam kehidupannya. Maka untuk mengelola/ mengatur bumi butuh semua/seluruh profesi yang dimiliki setiap Manusia. Seperti ahli politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, seni, dakwah, dan se- luruh profesi lainnya. Tujuannya adalah terciptanya masyarakat yang seimbang (Masyarakat yang sesuai kehendak Allah/ajaran Allah). Di dalam Alquran terdapat dalam Surah Ar-rahman.
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan secara professional (ahli). Pekerjaan inilah yang akan dija- lankan oleh setiap manusia dalam hidupnya. Untuk membangun sebuah peradaban, maka manusia bekerja sama dalam pekerjaannya masing-masing. Pekerjaan inilah yang disebut dengan karir. Manusia hanya dapat fokus pada satu bidang karir, secara umum ia disebut spesialis, namun beberapa orang diberi keistimewaan bisa mengerjakan beberapa bidang , ia disebut generalis. Karir adalah pekerjaan profesional yang dijalankan oleh setiap manusia sebagai perwujudan pengabdian kepada Allah dengan tujuan membangun peradaban masyarakat yang seimbang.
Jadi, karir adalah bentuk pengabdian/ibadah ter- tinggi manusia kepada Allah. Karir inilah perwujudan ibadah manusia sebagai khalifah. Karir inilah bentuk prilaku/ikhtiar manusia untuk mengelola atau mengatur Bumi menjadi tempat yang indah, nyaman, dan seimbang (sesuai Ajaran Allah).
Sehingga sebagai manusia secara filosofis, memang kita diciptakan untuk bekerja sama dalam setiap bidang karir yang kita miliki. Sebagai seorang kader yang disiapkan untuk menjadi hamba Allah yang taat, maka paradigma ini harus disadari dan dipersiapkan dengan maksimal.
Terkait diaspora, konsep ini ialah perpindahan atau penyebaran suatu kelompok orang dari tanah asalnya ke berbagai wilayah lain, kata "diaspora" berasal dari bahasa Yunani "diaspeirein" yang berarti "menyebar/penyebaran/pembenihan". Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan komunitas suatu bangsa, etnis, atau agama yang hidup dan menetap di luar wilayah asalnya, namun masih mempertahankan identitas budaya, tradisi, atau kepercayaannya. Maka secara garis besar diaspora adalah bentuk penyebaran kelompok manusia dari wilayah asal ke berbagai tempat di dunia, namun tetap membawa dan mempertahankan budaya, identitas, dan hubungan emosional dengan tanah leluhurnya.
Kontekstualnya dalam kader IMM ialah, penyebaran kader yang menempati di berbagai sektor kehidupan/ tempat namun masih membawa spirit atau nilai-nilai perjuangan ikatan, bahkan masih terikat secara emosional dan secara peran yang akan membawakan dampak positif kepada organisasi IMM.
Muhammadiyah sebagai induk dari IMM, sangat jelas tujuan dan gerakannya. Pembangunan dan peran di berbagai bidang sudah dinyatalaksanakan oleh Muhammadiyah untuk kemakmuran dan kemajuan Indonesia. AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) yang terdiri dari Pondok Pesantren, Sekolah, Kampus, Rumah Sakit, Panti Asuhan, Klinik, belum lagi sektor ekonomi bisnis, hingga seni budaya olahraga yang dimiliki, semua merupakan wujud nyata dalam pembangunan masyarakat. Di luar itu kader-kadernya pun telah tersebar di seluruh sektor masyarakat, di partai politik, pemerintahan, lembaga, hingga luar negeri.
Maka diaspora kader Muhammadiyah, terutama kader IMM dapat menempati bidang-bidang tersebut sebagai nyatalaksana gerakan dakwah dan kebermanfaatan dalam pembangunan masyarakat (kader persyarikatan, umat, dan bangsa).
Kader IMM dapat mengambil peran strategis di wilayah mana ia akan berkarir, sehingga spirit IMM akan menyebar di berbagai sektor, pun kebermanfaatan itu akan kembali kepada organisasi sebagai timbal balik positif. Maka perkaderan menjadi ruh utama dalam pembentukan kader, untuk mencetak generasi penerus yang kompeten di bidang karir yang akan ia kerjakan. Persiapan untuk ahli di bidang karir ini juga perlu penggemblengan dalam organisasi seperti tentang kepemimpinan, administrasi, pemahaman kebijakan, berpikir kritis, moral prilaku, hingga religiusitasnya.
Strategi yang dapat dilakukan ialah, kesadaran paradigma karir dan ibadah sebagai khalifah, perkaderan untuk mencetak generasi penerus yang ahli di bidang karir masing-masing, pembelajaran yang keberlanjutan di organisasi, serta budaya berkemajuan harus ditanamkan dalam diri kader.
Pembiasaan itu dapat dilakukan di kampus (ruang kecil pembelajaran bermasyarakat), misalnya pendiasporaan kader ke semua organisasi mahasiswa, menguasasi eksekutif, legislatif, himpunan, ukm, hingga lembaga kampus. Itu adalah langkah kecil belajar agar kader memiliki peran strategis untuk bermanfaat dan peduli terhadap urusan orang banyak dan membawa nilai-nilai IMM untuk disebarkan dan membawa dampak positif bagi organisasi.
Jejaring itu dapat dimulai dari sana, ketika semua sektor sudah dapat dijangkau, serta penguatan internal dalam membangun hubungan antar kader (calon kader, pengurus, staf, pimpinan, alumni, hingga pimpinan di atasnya) ketika ikatan ini selalu terjalin secara benar, maka akan menjadi kekuatan utuh dalam jejaring dan dipmolasi, ia akan menjadi simbiosis yang saling menguntungkan dan menguatkan. Kader pun dapat membangun hubungan baik dengan berbagai sektor, pemerintahan, lembaga, ormas, dsb sebagai wujud sinergisitas dan mitra dalam pembangunan.
Terakhir, gerakan IMM sebagai gerakan kemahasiswaan, kemasyarakatan, dan keagamaan dengan mencetak kader yang memiliki kompetensi intelektualitas, humanitas dan religiusitas seyogyanya menjadi paradigma dan kesadaran bahwa ibadah menjadi khalifah harus dipraktiskan secara nyata lewat peran karir yang profesional sebagai wujud penghambaan diri kepada Allah. Kader harus menyiapkan diri untuk membangun lewat sektor/bidang yang mana, bisa lewat internal persyarikatan lewat AUM atau di luar organisasi yang nantinya bermanfaat untuk umat dan bangsa.
Sehingga diaspora kader akan menjadi karya nyata dalam pembangunan masyarakat, lewat profesionalitas karir, menjadi jejaring yang sinergi di internal organisasi, dan spirit dakwah berkemajuan dapat semakin menggema di bumi pertiwi.***
Penulis: Moch. Muzaki (Kabid TKK DPD IMM Jawa Timur)
Editor: Mumtadz Zaid Bin Tsabit