PC IMM Malang Raya Sukses Laksanakan Simposium Moderasi Beragama 2025
DPDIMMJATIM - Dalam rangka memperkuat dan menyebarluaskan pemahaman serta praktik keberagamaan yang moderat, Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Malang Raya menyelenggarakan Simposium Moderasi Beragama dengan tema Harmony in Diversity di Aula BAU, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), pada Senin, 25 Agustus 2025.
Opening ceremony yang dilangsungkan sejak pagi turut dihadiri para tokoh penting, diantaranya adalah Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, KH. Saad Ibrahim, pendiri Wahid Foundation, Yenny Wahid, Direktur Eksekutif Maarif Institute, Andar Nubowo, Rektor Universitas Raden Rahmat, KH. Imran Rasyadi Hamid, Wakil Rektor III UMM, Nur Subeki, Wakil Ketua PDM Kota Malang, Ibnu Mujahidin, Ketua PDM Kota Batu, Tsalis Rifai, Ketua DPD IMM Jawa Timur, Fadhil Fathurochman dan tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Ketua Umum PC IMM Malang Raya, Kelvin Argo Beni mengungkapkan tema harmony in diversity merupakan simbol perayaan gagasan bahwa perbedaan bukanlah sumber perpecahan, melainkan pondasi untuk menciptakan kesatuan yang indah dan kuat. Oleh karena itu, kebhinnekaan tidak lagi dilihat sebagai sumber konflik, melainkan sebagai ladang untuk ber-fastabiqul khairat,
“Beberapa waktu lalu, PC IMM Malang Raya melalui Bidang TKK telah menyelesaikan sebuah riset penting mengenai indeks moderasi beragama di kalangan kader-kader IMM Malang Raya. Alhamdulillah, dengan penuh rasa syukur kami sampaikan, hasil riset menunjukkan indeks moderasi beragama berada pada skor 79,3 yang secara metodologis masuk kategori sangat tinggi,” paparnya.
Fadhil Fathurochman yang hadir mewakili DPD IMM Jawa Timur juga mengungkapan hal serupa, bahwa hasil riset tersebut menjadi bukti nyata sikap wasathiyah kader-kader IMM.
“Angka 79,3 adalah angka yang sangat tinggi dalam konteks moderasi beragama. IMM tidak termasuk dalam Islam kiri ataupun Islam kanan, melainkan Islam wasathiyah yang menjunjung keseimbangan,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah KH. Saad Ibrahim yang didapuk sebagai stadium general menyampaikan orasi bertajuk “Toleransi dan Keterbukaan: Pilar Kemajuan Peradaban”. Ia menekankan bahwa harmoni harus diperjuangkan di tengah perbedaan.
“Beda-beda itu sudah pasti, harmoni yang belum pasti. Itu yang harus kita perjuangkan. Moderasi berarti harmoni, bersikap adil, dan terbuka,” katanya.
Dalam sesi seminar, pendiri Wahid Foundation, Yenny Wahid memaparkan bahwa titik temu antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam kerangka wasathiyah adalah sama-sama menolak ekstremisme. Keduanya juga menjunjung tinggi kemanusiaan dan kebangsaan dalam menjaga ukhuwwah wathaniyah.
“Muhammadiyah dan NU ingin mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin dengan memberi manfaat kepada semua tanpa memandang suku dan agama. Yang satu memberi semangat modernitas, yang satu memberi akar budaya,” katanya di hadapan ratusan peserta.
Panelis kedua, Andar Nubowo juga mengungkapkan bahwa wasathiyah Islam adalah kebajikan moral yang membantu mencapai keseimbangan dan harmoni dalam urusan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan kemanusiaan universal. Ia turut berpesan kepada kader-kader IMM untuk menjadi agen pencerahan dan kemajuan dengan belajar dengan baik, menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mengembangkannya untuk kemanusiaan universal.
“Silahkan membangun jaringan atau silaturahmi dan silatu fikiri di tingkat global. Kita perlu mengulang kembali bagaimana jaringan Mekkah-Nusantara pada abad ke 17-18, dan Jaringan Kairo-Nusantara abad ke 19 dan 20 yang melahirkan pembaharuan Islam,” ucap Andar.***
Penulis: (Kader PC IMM Malang Raya)
Editor: Mumtadz Zaid Bin Tsabit, S.T.