BREAKING NEWS

Jangan Berhenti di DAD, Lanjutkan Perjuangan!


DPDIMMJATIM - Menjadi kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) bukan sekadar mengikuti satu pelatihan atau agenda formal, tetapi merupakan perjalanan panjang dalam proses pembentukan diri. IMM bukan organisasi yang hanya mengajarkan teori, melainkan wadah pembinaan yang menuntun kader untuk tumbuh menjadi pribadi yang berilmu, berakhlak, dan berjiwa dakwah.

Langkah awal kader mengenal Ikatan biasanya dimulai melalui Masa Ta’aruf Mahasiswa (Mastama). Di sini kader baru mulai diperkenalkan dengan nilai-nilai dasar IMM, Muhammadiyah, dan Islam berkemajuan. Namun, pada tahap ini masih berstatus anggota IMM, belum sepenuhnya menjadi kader. Mastama hanyalah gerbang awal untuk memahami arah perjuangan dan cita-cita besar Ikatan.

Tahap berikutnya adalah Darul Arqam Dasar (DAD). Pada fase inilah penanaman ideologi, semangat dakwah, serta karakter kader mulai dibentuk. Melalui DAD, anggota belajar menata niat, mengenal identitas diri, dan memahami bagaimana Islam harus dihadirkan dalam gerak perjuangan mahasiswa. DAD menjadi momentum penting yang menandai sahnya disebut kader IMM.

Namun, di sinilah tantangan sering muncul. Banyak kader yang setelah mengikuti DAD merasa perjuangannya telah selesai. Mereka berhenti di titik itu, seolah DAD adalah puncak perkaderan. Padahal sejatinya, DAD hanyalah pondasi awal, bukan titik akhir.

Menurut Ad/art IMM memiliki sistem perkaderan yang berjenjang dan berkelanjutan. Dalam Sistem Perkaderan Ikatan (SPI), dikenal tiga jenis perkaderan yang saling melengkapi, yaitu perkaderan utama, perkaderan khusus, dan perkaderan pendukung.

Perkaderan utama mencakup DAD, Darul Arqam Madya (DAM), dan Darul Arqam Paripurna (DAP).

• DAD menjadi dasar pembentukan ideologi dan nilai Islam.

• DAM memperdalam kemampuan kepemimpinan dan tanggung jawab sosial.

• DAP menyiapkan kader strategis yang mampu berperan di tingkat nasional.

Salah satu kader Komisariat At-Tazkiyah, Immawati Alda, yang telah mengikuti DAM, menuturkan, “Ilmu dan nilai-nilai yang didapat tidak boleh berhenti di DAD. Harus terus dilanjutkan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.”

Selain perkaderan utama, dalam IMM adapun Perkaderan khusus yang bertujuan menyiapkan kader dengan kemampuan dan keterampilan khusus dalam bidang perkaderan. Jenis ini berperan mendukung dan memperkuat pelaksanaan perkaderan utama.

Secara umum terdapat tiga jenjang:

1. PID (Pelatihan Instruktur Dasar) – Membentuk instruktur di tingkat komisariat dan cabang.

2. PIM (Pelatihan Instruktur Madya) – Mempersiapkan instruktur tingkat daerah yang mampu merancang sistem perkaderan.

3. PIP (Pelatihan Instruktur Paripurna) – Menyiapkan instruktur tingkat nasional yang berperan dalam kebijakan perkaderan.

Perkaderan khusus pada dasarnya bukan hanya tentang pelatihan, melainkan pembentukan kader pelestari dan pengembang sistem kaderisasi. Melalui perkaderan khusus, IMM memastikan kaderisasi terus berlanjut dan bernilai

Seperti disampaikan Usamah, peserta PID, “Dari PID saya belajar pentingnya mengurus kader dan menjaga semangat ber-IMM. Jangan kapok di IMM.”

Selanjutnya, perkaderan pendukung yang mana berfungsi membantu kader mengembangkan potensi sesuai minat bakat dan keahliannya. Inilah ruang bagi kader untuk mengasah keterampilan sekaligus memperkuat nilai-nilai ideologis melalui kegiatan yang lebih aplikatif.

Beberapa contoh di antaranya:

• Bidang Organisasi menyelenggarakan Sekolah Kepemimpinan dan Penguatan Potensi Pemimpin agar kader mampu mengelola organisasi dengan profesional dan berkarakter.

• Bidang Kajian Tabligh Keislaman (TKK) biasa mengadakan Pelatihan Mubaligh, Kajian Rutin, serta Bimbingan Tahsin untuk memperkuat religiusitas kader dan semangat dakwah berkemajuan.

• Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan (RPK) menumbuhkan intelektual ilmiah, seperti Pelatihan Kepenulisan sebagai wujud nyata kader intelektual yang progresif.

• Bidang IMMawati menjadi ruang penguatan peran perempuan dalam Ikatan melalui Sekolah Adil Gender dan Diskusi Perempuan

Kegiatan-kegiatan ini bukan sekadar pelengkap, tetapi bagian penting dari proses pembinaan. Di sinilah kader belajar mengelola potensi, bekerja dalam tim, serta mempraktikkan nilai Islam dalam kehidupan nyata.

Ketiga jenis perkaderan IMM - utama, pendukung, dan khusus - saling melengkapi satu sama lain. Melalui proses berjenjang inilah IMM berupaya mencetak kader yang matang secara ideologi, intelektual, dan sosial.

Oleh karena itu, sangat disayangkan jika kader berhenti di DAD. DAD hanyalah awal perjalanan panjang untuk menjadi kader yang sejati. IMM bukan sekadar tempat mencari pengalaman organisasi, melainkan tempat belajar memaknai hidup dan memperjuangkan nilai Islam di tengah masyarakat.

Untuk seluruh kader IMM, khususnya di Komisariat At-Tazkiyah: Teruslah belajar, berproses, dan berjuang. Jadikan nilai-nilai Ikatan sebagai pedoman, bukan hanya kenangan dari pelatihan yang lalu. Karena DAD bukan akhir perjuangan namun justru di situlah perjuangan sebenarnya dimulai. Tetap semangat dalam melanjutkan perjuangan.***

Penulis: Hisyam (Kabider PK IMM At-Tazkiyah)

Editor: Mumtadz Zaid Bin Tsabit 

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar